Amal.

SEMANGAT AGAR SAMPAI KE HADIRAT ALLAH
Syekh Ibnu Atha’illah mengirim surat kepada sahabatnya:
“Orang berakal akan memalingkan wajahnya dari dunia ini, mengabaikannya dengan memejamkan matanya, dan terus berlalu meninggalkannya. Ia tidak menganggapnya sebagai tanah air dan tempat tinggal.”

Dengan cahaya yang terpancar di hatinya, ia bisa melihat jelas apa saja yang perlu dijauhinya di dunia ini. Ia terus berjalan menjauhinya tanpa menoleh ke belakang sama sekali. Ia tidak menjadikan dunia sebagai negeri untuk berleha-leha dan bersenang-senang semata. Tidak pula menjadikannya sebagai tempat tinggal yang dicintainya.

Syekh Ibnu Atha’illah juga mengatakan: “Bahkan semangatnya terus bangkit untuk segera sampai kepada Allah dan terus berjalan menuju kepada-Nya agar segera wushul (sampai).”

Ia akan bersegera dan membangkitan semangatnya untuk mencapai Allah. Ia terus berjalan di dunia sambil meminta pertolongan dan bantuan Allah untuk sampai ke hadirat-Nya, bukan hanya dengan mengandalkan amalnya yang masih tercemari sifat-sifat riya dan sombong.

Seseorang berkata, “Siapa yang mengira bahwa amalnya dapat membawanya sampai kepada harapan tertinggi atau terendahnya, maka ia tesesat jalan. Nabi SAW bersabda, “Tidaklah amal seseorang dapat menyelamatkan dirinya.”
Sesuatu yang tidak dapat menyelamatkan kita dari hal yang ditakuti, mana mungkin akan membawa kita kepada maksud. Siapa yang benar-benar bersandar kepada karunia Allah, itulah orang yang akan mendapatkan predikat wushul.”

--Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam, dengan syarah oleh Syekh Abdullah Asy-Syarqawi

Comments